5 Elemen Design Thinking untuk memulai Bisnis

5 Elemen Design Thinking untuk memulai Bisnis

Design thinking untuk memulai bisnis? Bagi yang biasa bekerja di dunia UX(User Experience) design, kamu pasti sudah tak asing lagi dengan istilah ini. Design thinking  merupakan pola pikir untuk mengatasi masalah yang fokus pada manusia sebagai pengguna. Banyak orang berfikir bahwa proses ini hanya bisa digunakan oleh para designer untuk menciptakan sesuatu. Padahal, jenis pola pikir yang satu ini bisa diterapkan pada bidang lain, salah satunya di bidang bisnis. 

Apa yang Dimaksud Dengan Design thinking ?

Design thinking  adalah ideologi atau proses kreatif dalam memecahkan masalah pada manusia (pengguna), alias human-centric. Design thinking  juga dikenal sebagai Business of Experience (BX). Penjelasan lebih dalamnya, design thinking  merupakan serangkaian proses kognitif, strategis, dan praktis secara berulang untuk menciptakan solusi inovatif yang belum terfikirkan sebelumnya (out of the box).

Jadi, jika menggunakan Bahasa awam, maka design thinking  adalah suatu metode yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah dengan cara yang kreatif dan praktis. Dalam sebuah tim pengembangan software atau perangkat lunak, tim akan mengidentifikasi dan memahami permasalahan yang dialami oleh pengguna dan mencarikan solusi yang tepat serta efektif untuk menyelesaikan masalah tersebut. Lalu bagaimana cara menerapkan design thinking  di bidang bisnis?

Tahapan Elemen Design thinking  untuk Mengembangkan Ide Bisnis

1. Empathize

Ketika memiliki suatu ide bisnis, skill empathize menjadi hal pertama yang harus dikembangkan, atau mempunyai pemahaman empatik mengenai ide bisnis tersebut. Artinya, Kamu harus melihat ide bisnis tersebut dari perspektif orang lain, lebih tepatnya dari perspektif calon konsumen atau target pasar yang ingin kamu tuju. Kamu bisa mulai memikirkan pertanyaan-pertanyaan seperti “apakah produk ini mampu mengatasi masalah yang dialami oleh konsumen atau dibutuhkan target pasar?”.

Di tahapan empathize, Kamu bisa melakukan beberapa riset, dimulai dari riset pasar, riset produk, sampai ke tahap riset pemasaran, agar bisa mendapatkan pemahaman empatik terhadap ide bisnis tersebut. Selain itu, Kamu juga bisa menjalani wawancara langsung ke calon konsumen untuk memastikan apakah ide bisnis tersebut memang layak untuk dijalankan dan produk yang kamu jual memang sedang dibutuhkan oleh pasar.

2. Define

Tahapan selanjutnya setelah Empathize adalah skill define, di mana Kamu perlu mendefinisikan ide bisnis tersebut dan mengaitkannya dengan produk atau jasa apa yang sedang dibutuhkan oleh pasar. 

Pada tahapan define, Kamu harus menyusun pola atau gambaran besar tentang bagaimana ide bisnis tersebut mampu memenuhi kebutuhan pasar, dari data yang sudah kamu kumpulkan di tahap empathize. Kamu juga harus mencari kesimpulan mengenai alasan ide bisnis tersebut memang layak untuk dijalankan.

3. Ideate

Setelah mendapatkan jawaban dan alasan mengapa ide bisnis tersebut mampu memenuhi kebutuhan pasar, Kamu bisa masuk ke tahap ideate. Pada tahapan ideate, Kamu harus memiliki skill untuk mampu melahirkan sebuah produk yang bisa mengatasi masalah yang sedang dihadapi oleh konsumen (dari data-data yang telah dikumpulkan saat tahapan empathize).

Kamu bisa mulai dari brainstorming, mengumpulkan ide produk sebanyak-banyaknya, gunakan imajinasi dan kreativitas selama berada di tahapan ini. Setelah itu, filter ide-ide tersebut dan putuskan beberapa ide yang perkiraan persentase keberhasilannya paling besar. semakin realistis ide yang kamu dapatkan, semakin tinggi pula kemungkinan berhasilnya.

4. Prototype

Tahapan ke-empat adalah prototype, yaitu waktu di mana Kamu mewujudkan ide-ide produk tersebut menjadi nyata. Pada tahapan prototype, Kamu harus memiliki skill mewujudkan produk tersebut dan merancangnya hingga sempurna. 

Selama tahap penyempurnaan, Kamu bisa melakukan eksperimen dan trial-error sebanyak mungkin bersama tim internalmu, temukan kelemahannya, dan tingkatkan kualitas produk tersebut.

5. Testing

Kalau di tahapan prototype, kita melakukan percobaan produk ke tim internal, pada tahapan testing ini Kamu akan meminta konsumen untuk mencoba produkmu secara langsung. Oleh karena itu, pastikan Kamu telah yakin bahwa produkmu sudah disempurnakan di tahapan prototype

Tujuan dari tahapan testing ini adalah untuk mendapatkan feedback langsung dari konsumen mengenai produk yang sedang mereka coba. Setelah itu, Kamu bisa melakukan peningkatan lebih lanjut agar produk tersebut sudah sesuai dengan kemauan dan kebutuhan dari konsumen.

Itulah pembahasan seputar konsep design thinking  yang dapat Kamu terapkan untuk mengembangkan ide bisnis. Masih bingung dengan konsep design thinking  ini? Coba kunjungi futureskills.id yang sedang membuka kelas seputar design thinking . Disini kamu akan dibimbing oleh mentor yang berpengalaman di bidang design thinking . Tunggu apalagi? Kunjungi futureskills.id dan mulai ikuti kelas design thinking nya.

Design Thinking bukan hanya terbatas pada para desainer UX, tetapi juga dapat diterapkan dalam konteks bisnis. Pola pikir ini yang berfokus pada pengguna dapat membantu dalam mengatasi berbagai masalah dan menciptakan solusi yang inovatif. Jika Anda tertarik untuk memulai bisnis dengan pendekatan Design Thinking yang efektif, kami mengundang Anda untuk bergabung dengan kelas Design Thinking untuk Bisnis kami. Dapatkan pemahaman mendalam tentang konsep dan metodologi Design Thinking, serta pelajari bagaimana menerapkannya dalam konteks bisnis Anda. Segera ambil tindakan dan daftarlah di kelas kami sekarang untuk memulai perjalanan Anda menuju kesuksesan bisnis yang inovatif dan berfokus pada pengguna.

Referensi

https://toffeedev.com/blog/konsep-design-thinking/