Benarkah design thinking sangat diperlukan untuk memulai bisnis? Bagi yang biasa bekerja di dunia UX (User Experience) design, kamu pasti sudah tak asing lagi dengan istilah ini. Apalagi jika bersinggungan langsung dengan keinginan serta kebutuhan klien.
Design thinking (Pemikiran desain) adalah metode pemecahan masalah yang fokus pada manusia sebagai pengguna untuk menemukan solusi paling tepat, efektif, dan inovatif. Banyak orang berpikir bahwa proses ini hanya bisa digunakan oleh para designer untuk menciptakan sesuatu. Padahal, design thinking juga dapat diterapkan pada bidang lain, termasuk dalam ranah bisnis sekali pun.
Mau tahu apa itu pemikiran desain dan bagaimana tahapan elemen-elemennya? Simak artikel ini sampai selesai, ya.
Design thinking (Pemikiran desain) adalah ideologi atau proses kreatif yang berpusat pada manusia sebagai pengguna untuk memecahkan suatu masalah dan mencari solusinya atau biasa juga disebut dengan human-centric.
Secara luas, design thinking juga dikenal sebagai Business of Experience (BX), yakni serangkaian proses kognitif, strategis, dan praktis secara berulang untuk menciptakan solusi yang belum pernah terpikirkan sebelumnya (out of the box).
Jadi, ringkasnya design thinking merupakan suatu metode yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah dengan cara yang kreatif dan praktis.
Contohnya bisa dilihat dalam sebuah tim pengembangan software atau perangkat lunak, yang mana anggota tim akan mengidentifikasi dan memahami permasalahan yang dialami oleh pengguna, kemudian mereka mencarikan solusi yang tepat serta efektif untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Lalu bagaimana cara menerapkan design thinking di bidang bisnis?
Ketika memiliki suatu ide bisnis, empathize menjadi hal pertama yang harus dikembangkan. Paling tidak, kamu mempunyai pemahaman yang empatik terhadap suatu ide bisnis. Artinya, jika ingin memahami ide tersebut, kamu harus melihatnya dari perspektif orang lain, lebih tepatnya dari perspektif calon konsumen atau target pasar yang ingin kamu tuju.
Cara berempati pun bisa dimulai dengan memikirkan pertanyaan-pertanyaan seperti “apakah produk ini mampu mengatasi masalah yang dialami oleh konsumen atau dibutuhkan oleh pasar?”
Di tahapan empathize ini, kamu juga bisa melakukan beberapa riset. Mulai dari riset pasar, riset produk, sampai ke tahap riset pemasaran, agar bisa mendapatkan pemahaman empatik terhadap ide bisnis tersebut.
Selain itu, kamu pun dapat melakukan wawancara langsung ke calon konsumen untuk memastikan apakah ide bisnis tersebut memang layak untuk dijalankan dan produk yang kamu jual memang sedang dibutuhkan oleh pasar.
Tahapan selanjutnya setelah Empathize adalah define skill, yaitu mendefinisikan ide bisnis dan mengaitkannya dengan produk atau jasa yang sedang dibutuhkan oleh pasar.
Pada tahapan ini, kamu harus menyusun pola atau gambaran besar tentang bagaimana ide bisnis tersebut mampu memenuhi kebutuhan pasar dari data yang sudah kamu kumpulkan di tahap pertama (empathize). Kamu juga harus mencari kesimpulan mengapa ide bisnis tersebut memang layak untuk dijalankan.
Setelah mendapatkan jawaban dan alasan mengapa ide bisnis tersebut mampu memenuhi kebutuhan pasar, kamu bisa masuk ke tahap ideate. Pada tahapan ini, kamu harus memiliki skill khusus yang mampu melahirkan sebuah produk untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi oleh konsumen (dari data-data yang telah dikumpulkan saat tahapan empathize).
Kamu bisa memulainya dengan cara brainstorming, mengumpulkan ide produk sebanyak-banyaknya, gunakan imajinasi dan kreativitas selama berada di tahapan ini. Setelah itu, filter ide-ide tersebut dan putuskan beberapa ide yang persentase keberhasilannya paling besar. Semakin realistis ide yang kamu dapatkan, semakin besar pula peluang keberhasilannya
Tahapan ke-empat adalah prototype, yaitu proses mewujudkan ide-ide produk tersebut menjadi nyata. Pada tahapan prototype, kamu harus memiliki skill yang mampu mewujudkan produk tersebut dan merancangnya hingga sempurna.
Perlu diketahui bahwa selama tahap penyempurnaan ini, kamu bisa melakukan eksperimen dan trial-error sebanyak mungkin bersama tim internalmu, kemudian temukan kelemahannya, dan tingkatkan kualitas produk tersebut.
Kalau di tahapan prototype kita melakukan percobaan produk ke tim internal, maka pada tahapan testing ini kamu perlu meminta konsumen untuk mencoba produkmu secara langsung. Oleh karena itu, pastikan kamu benar-benar yakin bahwa produk tersebut sudah disempurnakan sebelumnya saat proses prototype.
Tujuan dari tahapan testing ini adalah untuk mendapatkan feedback langsung dari konsumen mengenai produk yang sedang mereka coba. Setelah itu, kamu bisa melakukan peningkatan lebih lanjut agar produk tersebut sesuai dengan kemauan dan kebutuhan dari konsumen.
Itulah pembahasan seputar konsep design thinking yang dapat kamu terapkan untuk mengembangkan ide bisnis. Masih bingung dengan konsep design thinking ini? Coba ikuti kelas Pemikiran Desain dari Future Skills yang pastinya akan dibimbing oleh mentor yang berpengalaman di bidang design thinking.